Friday, December 9, 2011

VERTIGO


ANATOMI ORGAN KESEIMBANGAN
·         Reseptor alat keseimbangan
o   Reseptor mekanik di vestibulum
o   Reseptor cahaya di retina
o   Reseptor proprioseptif
·         Saraf aferen
o   N. vestibularis
o   N. optikus
o   N. spinovestibuloserebralis
·         Pusat-pusat keseimbangan
FISIOLOGI KESEIMBANGAN
  • Informasi untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan propioseptik
  • Arus informasi akan berlangsung intensif apabila terdapat gerakan atau perubahan gerakan dari kepala atau tubuh
  • Akibat gerakan tersebut timbul perpindahan cairan endolimfe di labirin, selanjutnya bulu (cilia) dan sel rambut (hair cells) akan menekukà permeabilitas membran sel berubah sehingga ion kalsium masuk ke dalam sel
  • Influx ion kalsium akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga merangsang pelepasan neurotransmiter eksitatorik (glutamat)à saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat keseimbangan tubuh di otak
  • Impuls yang dibawa oleh saraf aferen selanjutnya dihantarkan ke inti vestibularisà otak kecil, korteks serebri hipotalamus, dan  pusat otonomik di formasio retikularis
  • Pusat integrasi alat keseimbangan tubuh yang pertama di inti vestibularis, yang kedua di serebellum
  • Serebellum juga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah lewat




DEFINISI
vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh.
Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar.

Klasifikasi berdasarkan etiologi
·         Perifer
·         Sentral

PATOFISIOLOGI VERTIGO
  • Teori konflik sensoris
  • Neural mismatch
  • Ketidakseimbangan saraf otonomik
  • Neurohormonal
DIAGNOSIS
Gejala dan Tanda
  • Rasa pusing berputar
  • Mual, muntah
  • Berkeringat
  • Gerakan mata abnormal (nistagmus)
  • Gejala-gejala lain seperti : tinitus, rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran
  • Kelemahan ekstrimitas, lesu, penurunan kesadaran, dll
Pemeriksaan Fisik:
·         Mata
o   nistagmus dan strabismus
o   Hallpike maneuver
·         Keseimbangan Tubuh
o   Tes hipotoni
o   Sinergisme
o   Romberg
o   Pointing test
·         Neurologi
·         Otologi
·         Fisik Diagnostik

Pemeriksaan Khusus:
·         Elektronistagmografi (ENG)
·         Audiometri dan BAEP
·         Psikiatrik

LABIRINITIS
  • Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam atau labirin.
  • Secara klinik menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran.
  • Bakteri dan virus dapat menyebabkan peradangan akut labirin dan berkaitan dengan infeksi lokal atau sistemik.
  • Labirinitis viral ditandai dengan hilangnya fungsi vestibular dan pendengaran unilateral secara tiba-tiba.
  • Vertigo akut, sering diikuti mual dan muntah merupakan karakteristik gangguan ini.
  • Vertigo dapat membaik dalam beberapa hari atau minggu.
  • Labirinitis bakteri sering merupakan komplikasi meningitis dan otitis media. Dapat bersifat supuratif dan serosa.
  • Gejala labirinitis dapat berupa; vertigo, tuli, tinitus, otorhea, otalgia, mual atau muntah, demam, asimetri wajah, nyeri leher, infeksi saluran nafas atas, gangguan visual.
  • Pada RPD dapat ditemukan episode ketulian atau pusing, infeksi, operasi telinga, hipertensi atau hipotensi, diabetes, stroke, migren, trauma kepala atau servikal, riwayat penyakit telinga dalam keluarga.
  • Riwayat obat-obatan yang harus diketahui yaitu aminoglikosida dan obat ototoksik lainnya, beta bloker dan antihipertensi, tranquilizer termasuk benzodiazepin, antiepilepsi, alkohol.

TERAPI VERTIGO
Terapi vertigo terdiri dari:
  • Terapi kausal
  • Terapi simptomatik
  • Terapi rehabilitatif
  • Terapi Simtomatik
    • ditujukan kepada dua gejala utama, yaitu rasa vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual, muntah).
    • pasien biasanya merasa cemas dan menderita, maka perlu diberikan obat simtomatik.
    • pemberiannya secukupnya saja untuk mengurangi gejala, tujuannya agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk melakukan latihan rehabilitasi.

Jenis Obat Antivertigo
  • Calsium entry blockler
    • Mekanisme kerja: mengurangi aktivitas eksitatori SSP dan bekerja langsung sebagai depresor labirin. Bisa untuk vertigo perifer dan sentral.
    • Obat: flunarisin (SIBELIUM)
  • Antihistamin
    • Mekanisme kerja: efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminergik, dengan akibat inhibisi N. vestibularis
    • Obat: sinarisin (STUGERON), dimenhidrinat (Dramamine), prometasin (Phenergan), meclizine, cyclizine.
  • Antikolinergik
    • Mekanisme kerja: mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras eksitatorik-kolinergik ke N. vestibularis yang bersifat kolinergik. Mengurangi firing rate dan respon N. vestibularis terhadap rangsang.
    • Obat: skopolamin, atropin.
  • Monoaminergik
    • Mekanisme kerja: merangsang jaras inhibitori-monoaminergik pada N. vestibularis, akibatnya mengurangi eksitabilitas neuron.
    • Obat: amfetamin, efedrin
  • Fenotiasin (Antidopaminergik)
    • Mekanisme kerja: bekerja pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di medula oblongata.
    • Obat: klorpromasin (Largactil), proklorperasin (Stemetil), haloperidol (Haldol, Serenace), droperidol.
  • Benzodiazepine
    • Mekanisme kerja; menurunkan resting activity neuron pada N. vestibularis, dengan menekan recticular facilitatory system.
    • Obat : diazepam (Valium)
  • Histamin
    • Mekanisme kerja: inhibisi neuron polisinaptik pada N. Vestibularis lateralis.
    • Obat: betahistin (Merislon)
  • Beta-blocker
    • Masih dalam penelitian
  • Antiepileptik
    • Karbamasepin, fenitoin, pada temporal lobe epilepsi dengan gejala vertigo. Bekerja meningkatkan ambang rangsang epilepsinya.
  • Terapi rehabilitatif
    • Tujuan terapi adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.
    • Mekanisme kerja terapi ini adalah melalui:
      • Substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi vestibular yang terganggu.
      • Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibular oleh serebelum, sistem visual, dan somatosensori
      • Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimuli sensorik yang diberikan berulang-ulang

1 comment: